Hello Kitty Winking Pointer

Selasa, 10 Desember 2019

KISAH BERHARGA


KISAH BERHARGA
Karya: sulistiani
Matahari mulai bersinar menampakan cahayanya, suhu pagi mulai menusuk tulangku dan aku masih terbaring ditempat tidurku dengan semua mimpi-mimpiku, tiba tiba terdengar suara “kia...kia....kia” aku mendengarnya tetapi enggan untuk menyahutnya, suara itu semakin terdengar jelas dan tiba-tiba seperti ada yang menarik selimutku
 “bangun sudah pagi nih, masa kalah sama ayam”.
 Ya itulah mamaku yang selalu membangunkanku disetiap pagi dan tidak lupa disertai omelannya. itulah seputar cerita disetiap pagiku. Namaku Akia Asila Himawari,  Aku mempunyai kakak laki-laki yang bernama Ezra Prasetya kami selisih 5 tahun, kini ia sedang menyelesaikan studi S2 nya di Jepang, dia adalah kakak yang menyebalkan sekaligus menyenangkan bagiku, sosok motivator dikala jenuh menghampiriku. aku duduk dibangku sekolah kelas 12. Dan Kami baru 3 bulan berpindah ke Surabaya karena ayahku dipindah tugaskan ke Surabaya.
Sebenarnya berat bagiku untuk meninggalkan tanah kelahiranku, kota asalku  Lampung. Tapi mau bagaimana lagi kami harus tetap bersama-sama. Memang tidak mudah bagiku untuk memulai semuanya dari awal. Teman baru, suasana baru, lingkungan baru. Memikirkannya saja aku sudah malas. dan disinilah ceritaku dimulai.
hari ini tepat seminggu aku bersekolah ditempat baruku. Ternyata tidak sesulit yang aku bayangkan, aku sudah mempunyai beberapa teman, guru-guruku juga baik mengajariku, dan kini aku terpilih menjadi wakil ketua OSIS. Sekarang hari-hariku sibuk bahkan sangat sibuk. Setiap hari ada rapat OSIS, tapi aku senang bisa mengisi waktu dengan hal-hal yang positif dan bermanfaat. Mamaku juga mendukungku katanya selagi tidak menganggu belajarku kenapa tidak. Kini juga aku sering mengikuti lomba menulis puisi dan lebih senangnya lagi aku mendapat juara ketiga, itu saja aku sudah bersyukur, artinya aku harus berlatih lebih giat lagi.
Hari-hari berlalu begitu sangat cepat bagiku. Tidak terasa sudah 5 bulan aku bersekolah disekolahku, kini anak-anak banyak yang sudah mengenalku sebagai wakil ketua OSIS dengan segudang prestasi. Hari ini seperti biasanya rapat OSIS lagi, kami bersama-sama menuangkan ide, karena OSIS akan mengadakan acara tahunan sekolah dengan tema mencintai warisan leluhur dan kini giliranku memberikan pendapat.
 menurutku lebih baik kita mengangkat tema kebudayaan indonesia
Mereka sepertinya menerima ide ku. Tapi ada satu anak yang menolaknya dengan nada tinggi,
 “aku tidak setuju”
 tentu saja itu membuatku kesal. Dia adalah ketua OSIS dari awal memang kita tidak pernah akur. Dia sering sekali membuatku kesal, dengan tingkahnya.
 “kenapa kamu gak setuju sih kaf?” tanya salah seorang anak
 “ya aku gak setuju aja sama usul anak baru itu”
 penyataanya semakin membuatku kesal. Aku pun keluar dari ruangan tanpa mengatakan sepatah kata pun. Kafka Dasilva ya itulah namanya. Menyebut namanya saja sudah ingin membuatku marah.
 “kenapa harus ada dia sih” pikirku.
 Hari-hariku jadi kusut dan yang lebih menyebalkan lagi dia sekelas denganku.
 “huhhhh pingin pindah kelas aja kalo gini caranya”
 semakin hari ada saja yang membuatku kesal entah terlambat masuk kelas ataupun bertemu ketua OSIS yang begitu menyebalkan.
“tringgggggg” Saat jam istirahat pun tiba aku dan teman-temanku yang lainnya pergi ke kantin untuk makan sambil berbincang-bicang mengenai acara tahunan sekolah, sesampainya dikantin akupun memesan es teh manis dan mie kuah kesukaanku. Suasana kantin sangat ramai dan riuh sekali, semuanya seakan sibuk dengan dunianya masing-masing. Tidak berapa lama kemudian pesananku sudah siap. Saat aku membawa makanan yang aku pesan tadi ke tempat dudukku, seakan-akan ada yang menghalangi langkahku, dan brukkkk.... aku pun jatuh. Es teh manis dan mi kuah pun jatuh ke bajuku. so bajuku menjadi basah dan kotor. Semuanya memandang ke arahku,
 “ya allah siapa si yang jahil banget”
 saat aku melihat didepanku, terlihat wajah Kafka Dasilva. Detik itupun hatiku bergejolak, mukaku seakan memerah. Dan tanganku mengepal dengan sangat erat. Aku pun tidak bisa mengatakan sepatah kata pun, semuanya seakan membisu. Aku pun bangun dan meninggalkan tempat itu dengan pikiran yang kacau. Hari-hari pun berlalu perlahan aku mulai melupakan kejadian yang sangat memalukan dikantin waktu itu. Sejak kejadian itu aku jadi semakin membenci sang ketua OSIS, emosi ku sudah level paling atas. melihat mukanya saja sudah membuatku ingin marah. Dan lebih baik aku menghindarinya daripada keluar kata-kata yang bisa menyakitkan perasaan orang lain.
Saat aku sedang asik mengerjakan tugas tiba-tiba ada yang berdiri tepat disampingku
“kia aku mau ngomong sama kamu, penting!”
aku pun terkejut dan memandang ke arah sumber suara. Seketika itu mood ku berubah
 “apaan sii kamu, ga penting banget”
 lalu aku pun meninggalkan kelas, dengan tergesa-gesa. Seperti biasa hari ini rapat osis semua panitia diberi tugas masing-masing, dan lebih apesnya lagi aku sekelompok dengan kafka, kami mendapat tugas mendekorasi tempat yang akan digunakan dalam rangka acara tahunan, rencananya hari ini aku dan kafka akan pergi berbelanja ke pasar untuk membeli bahan-bahan yang akan digunakan. Sepulang sekolah seperti rencana yang telah disepakati kami berdua pun pergi kepasar, dan setelah berkeliling cukup lama kamipun menemukan bahan-bahan yang kami cari.
“ini tinggal dua lagi nih, dimana ya tempatnya?” ucapnya sambil memandang sekelilingnya “ya udah sih jalan aja, nanti juga ketemu” ucapku ketus.
Kami pun terus berjalan, rasanya lelah sekali, saat aku berjalan tanpa sengaja tanganku menyenggol toples yang berbahan kaca dan “prakkkkk” toples nya pun terbelah menjadi beberapa bagian.
 “kamu gimana sih, saya tidak mau tau kamu harus ganti rugi” ucap penjual sambil memasang muka kesal.
 “maafin teman saya ya pak, saya tadi tidak sengaja mendorongnya, sehingga tangannya menyenggol toples bapak” ucap kafka.
Yang tentu saja pernyataanya membuatku bingung
 “tapi tadi kan dia tidak mendorongku, kenapa dia harus berbohong untuk melindungiku” pikirku.
 “jadi saya harus mengganti berapa pak” lanjut kafka
 “70.000 mas” sambung bapak penjual toples
 “sekali lagi saya minta maaf ya pak” ucap kafka.
 Akupun hanya bisa terdiam tanpa ada kata yang keluar dari mulutku. Waktupun beranjak sore kamipun memutuskan untuk menyusuri pinggiran pasar, yang tentu saja ramai lalu lalang kendaraan.
 “eh kia itu diseberang sana ada deh kayaknya” sembari menunjuk tempat yang ia lihat.
lalu tanpa basa-basi akupun menyebrang untuk menghampiri tempat yang kafka maksud.
“kiaaa awasss”
 kafka mendorongku ketepian dan ia pun tersenggol motor yang hampir saja menabrakku. Akupun bergegas mengampirinya
 “ ya ampun kafka kaki kamu berdarah”
lalu akupun membantunya untuk berjalan ketepian, dan membeli kapas juga obat merah untuk menutupi lukanya
 “tadi kamu ngapa nggak liat kanan kiri dulu sih, langsung maen nyebrang aja” ucap kafka sembari membersihkan lukanya.
Aku pun tidak menjawabnya.
 “yaudah deh ini udah sore juga, mending kamu pulang duluan, besok biar aku aja yang nyari bahan yang kurang tadi” ucapnya
 “terus kamu pulangnya gimana, kaki kamu kan masih sakit, pasti kamu susah bawa motornya”tanyaku
 “udah deh gampang, buruan gih kamu pulang, udah sore ini, nanti mama kamu kwatir”
mendengar pernyataanya, tanpa berkata-kata akupun pulang. Dan sesampainya dirumah aku pun menceritakan semua kejadian hari ini pada mamaku.
“terus kamu udah bilang makasih belum sama kafka?”
 “ya belum lah mah, aku masih sebel sama dia, gara-gara kejadian di kantin waktu itu kan” ucapku
 “ya nggak boleh gitu dong kak, kafka udah baik banget loh bantuin kamu, sampe dia luka gitu”
 inget ya kak
”kalo kita butuh bantuan jangan sungkan bilang tolong, kalo kita salah jangan sungkan bilang maaf, dan kalo kita habis menerima bantuan jangan sungkan bilang makasih”
mama udah sering ingetin kan sama kia, ucapan mamaku barusan seperti memberikan pencerahan bagiku
 “ya udah besok aku mau minta maaf dan mau ngucapin makasih sama kafka, makasih ya mah”ucapku
 “yaudah buruan mandi sana, terus solat” ucap mamaku
Pagi-pagi sekali aku sudah sampai disekolah, anak-anak yang lainnya pun sudah datang, tapi aku belum melihat kafka, aku bersemangat sekali menunggu kedatangannya hingga bel berbunyi kafka pun tidak datang,
 ngapa hari ini dia nggak masuk ya, apa kakinya masih sakit” pikirku.
akupun pulang dengan perasaan lesu
 “mukanya kok lesu banget sih kak, gimana tadi udah bilang makasih?” tanya mamaku
“belum mah, kafka nya nggak berangkat” jawabku sambil tertunduk.
 Akupun jadi semakin merasa bersalah, karna dia luka gara-gara menyelamatkanku.
Keesokan paginya akupun berangkat agak siang dari biasanya, akupun memasuki kelas, suasana kelas sudah ramai, akupun melihat kearah tempat duduk kafka, ternyata dia sudah datang. Dengan mata berbinar akupun langsung menghampirinya
 “kafka kamu kemaren ngapa nggak berangkat, kaki kamu masih sakit ya”
akupun memberikan pertanyaan yang bertubi-tubi
 “kamu kenapa sih, tumben nanyain aku, oh soal kemaren aku nggak berangkat, aku nggak enak badan aja sih, terus aku izin deh, dan sorenya aku beli bahan yang kurang kemaren” ucapnya
 “ya ampun kan kaki kamu masih sakit, aku bisa kok beli bahan-bahan yang kurang”ucapku sebal
 “udah sana duduk gih, gurunya udah dateng tuh”ucapnya sambil mendorongku agar pergi dari tempat duduknya.
Jam isitirahat pun tiba akupun menghampiri kafka, yang ternyata dia sudah keluar duluan, “kemana sih dia” pikirku sambil terus melihat sekitar,
ternyata ia sedang duduk dibangku taman depan kelas, lalu akupun menghampiri dan duduk disampingnya, yang tentu saja kedatanganku mengagetkannya
 “oh ya kaf aku minta maaf ya, gara-gara aku, kaki kamu sampe luka kayak gitu, dan ngomong-ngomong makasih juga ya kemaren kamu udan bantuin aku” ucapku sambil tertunduk,
 ia pun memandang kearahku, mukanya seakan tak peracaya
 “kia, kepala kamu nggak kebentur batu kan?”
“ihhh apaan sih, ya udahlah aku mau kekelas aja” ucapku kesal
 “iya nggak-nggak becanda kali, gitu aja marahh” ujarnya
 “ya lagian sih kamu nyebelin banget, jadi gimana nih dimaafin apa nggak?” sambungku
 “iyaa deh, aku juga mau minta maaf ya sama kamu soal kejadian yang dikantin waktu itu, beneran deh  aku nggak ada niat sedikit pun buat bikin kamu malu, sebenarnya aku waktu itu cuma iseng, dan nggak tau kalo kejadiaanya bakal kayak gitu, maaf ya kia” ucapnya
 “ya sebenernya aku udah maafin kamu kok, lagian kan udah berlalu juga, aku udah ngelupain kejadian itu. Oh ya ini aku ada roti buat kamu, di makan yah”
 lalu akupun masuk kedalam kelas
 “kiaaa makasih ya, rotinya”
aku pun menoleh kearahnya
“iya sama-sama” ucapku.
 Hari-hari pun berlalu kini kami lebih sering menghabiskan waktu bersama, entah itu saat jam istirahat, ataupun saat dikantin, ternyata kafka tidak seburuk yang aku pikirkan, sikapnya pun kini perlahan mulai berubah menjadi lebih baik, dia mulai peduli dan bersikap ramah, yang tentu saja membuatku sedikit bingung dengan tingkahnya
Acara tahunan sekolah tinggal menghitung hari, akhirnya kami semua sepakat mengangkat tema kebudayaan indonesia, kami pun begitu sibuk mempersiapkan segala keperluan dan otomatis aku lebih sering bersama dengan kafka. kini tinggal dua hari lagi sebelum acara puncak dan akupun semakin akrab dengan kafka dan teman-teman yang lainnya, kini kami menjadi team yang kompak. Hingga akhirnya tiba acara puncak yang dinanti-nantikan yaitu acara tahunan dengan tema kebudayaan indonesia acaranya berlangsung begitu meriah dan sangat ramai, semua orang bersorak gembira, hingga tibalah dipenghujung acara dan dipanggil panitia osis yang menyelenggarakan acara tahunan tersebut. Aku begitu senang dan sangat bangga acara nya berjalan dengan lancar. dan sebagai hadiah untuk merayakan kesuksesan atas terselenggaranya acara tahunan tersebut kepala sekolah mentraktir semua panitia untuk makan di cafe langganan kami.
 Kami begitu senang
“ternyata usaha kita tidak sia-sia ya” ucap kafka
 “ ya benar, proses tidak akan pernah menghianati hasil” tambahku
 “setuju” ucap yang lain bersamaan.
Tidak terasa haripun semakin sore aku pun pamit kepada teman-teman yang lainnya, karena ayahku sudah menunggu didepan cafe.
 “gimana acaranya tadi lancar kak” tanya ayahku
 “ iya yah, alhamdulilah lancar” jawabku
 “itu tadi kafka ketua osis yang kata kamu jahil itu kan kak? ayah liat anaknya sopan, tadi ketemu dicafe nyapa ayah” ujar ayahku
 “sekarang dia udah baik kok yah, gak kayak dulu. Sekarang malah dia jadi teman baik aku tau yah”
 “baguslah kalo gitu” ucap ayah.
akhirnya kami pun sampai dirumah.
“hai kakak mandi dulu gih, solat terus makan, udah mama siapin tuh “ ucap mamaku
 “iya mah” ucapku.
 Pagi ini aku merasa senang, nggak tau kenapa tapi akhir-akhir ini aku lebih merasa bahagia dengan semuanya dan semakin bersemangat untuk berangkat ke sekolah. Kini aku pun sibuk mengikuti les untuk mempersiapkan ujian nasional yang tinggal menghitung hari. dan guru ku menyarankan untuk membentuk kelompok-kelompok belajar yang memudahkan kami untuk memahami suatu materi. dan tidak sengaja aku satu kelompok dengan kafka, yang nggak tau kenapa kalo bareng sama dia udah biasa aja, nggak ada perasaan jengkel ataupun yang lainnya. dan ada beberapa materi yang sulit untuk aku pahami dan kafka mengajariku dengan begitu sabar dan telaten
 “kaf kenapa kamu berubah, sekarang jadi baik sih” tanyaku penasaran
 “ ya kenapa, semua orang berhak jadi lebih baik kan? dan menurutku berbuat baik tidak perlu alasan” ucapnya.
 Tentu saja pernyataanya membuatku diam seribu bahasa
 “dulu aku membecinya, tapi sekarang dia malah mengajariku dengan sabar, dan menjadi teman baikku” pikirku.
“kia nggak kerasa ya sebentar lagi kita ujian nasional, terus perpisahan, berarti kita nggak bakal bareng-bareng lagi kayak gini dong?” ucap kafka yang memecahkan keheningan
 “iya ya, nggak kerasa deh, padahal kayak baru kemaren aku pindah kesini, dan ketemu sama orang yang sangat menyebalkan. Ehh sekarang malah jadi temen baik” ucapku
“sedih ya bentar lagi mau pisah dong” sambungku
 “Nanti kamu mau kuliah dimana kia”
 “aku rencana nya mau ngelanjutin di Yogyakarta ngambil jurusan hukum, kalo kamu dimana kaf?”
 “ aku rencananya mau kuliah di Semarang ngambil jurusan teknik” ucapnya.
”ya aku sih pengennya gitu, tapi kita kan gatau kedepannya bakal kayak gimana, ntah kita keterima atau nggak” ucapku sedikit frustasi
 “inget ya kia yang penting jangan lupa bersyukur untuk apapun yang udah kamu punya, dan kalo masalah itu, kan kita udah berusaha dan berdoa, insyaallah kia allah pasti ngasih jalan yang terbaik buat kita, harus yakin pokonya” ucapnya
“iya ya kaf, yang penting niatnya kan baik”
“nah gitu dong harus optimis pokonya” sambil mengacungkan jempolnya kearahku
Kini ujian pun sudah berlalu,
 “akhirnya semuanya udah terlewati” ucapku
acara perpisahan kelas 12 pun sudah terlaksana. Memang bukan 3 tahun aku bersama dengan mereka, tapi selama 1 tahun ini banyak kenangan yang sudah kami lewati bersama, mereka semua bukan hanya sekedar teman, namun sudah seperti keluarga bagiku, saat aku pertama kali menginjakkan kaki disekolah ini memang semuanya terasa asing, tapi seiring dengan berjalannya waktu semuanya jadi menyenangkan. sebuah pertemuan, perkenalan, persahabatan, percintaan, perpisahan, bahkan permusuhan semuanya mengiringi perjalanan kisah kami di sekolah ini.
“nantinya Saat kami mengenang kisah ini biarkan jadi alasan dimana kami dapat tersenyum manis, terimakasih untuk segalanya” tanpa terasa air mata ku pun jatuh membasahi pipiku.
Walaupun memang perpisahan bukanlah akhir dari segalanya tapi awal dimana kita akan membuka kehidupan yang sebenarnya.
Waktupun terus berlalu akhirnya kafka melanjutkan kuliah di Semarang seperti yang ia inginkan dan aku melanjutkan kuliah di salah satu universitas impianku di Yogyakarta. Kini aku sudah menginjak semester 4 jurusan hukum, dan sekarang aku benar-benar merasakan bagaimana rasanya jauh dari orang tua, semuanya harus dikerjakan sendiri. tapi itu tidak membuatku bersedih. Karena aku jadi lebih mandiri dan belajar tentang banyak hal. sesekali ayah dan mamaku datang untuk menjengukku, aku juga masih berhubungan baik dengan kafka dan teman-teman yang lainnya via whatsApp, dan ada kata-kata seorang Kafka Dasilva yang masih melekat diingatanku hingga detik ini “yang penting jangan lupa bersyukur untuk apapun yang udah kamu punya, terus berusaha dan berdoa, insyaallah allah pasti ngasih jalan yang terbaik buat kita”.
perjalanan yang menjadi kisah berharga hingga detik ini bagiku, dan aku berterimakasih sudah diberi kesempatan untuk bertemu mereka semua, yang memberikan warna dalam hidupku. semoga kelak kita dipertemukan kembali dengan suasana yang berbeda namun dengan tawa yang sama.
SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pentingnya Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

  Pentingnya Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran Pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi Teknologi informasi ...