KISAH BERHARGA
Karya: sulistiani
Matahari
mulai bersinar menampakan cahayanya, suhu pagi mulai menusuk tulangku dan aku
masih terbaring ditempat tidurku dengan semua mimpi-mimpiku, tiba tiba
terdengar suara “kia...kia....kia” aku
mendengarnya tetapi enggan untuk menyahutnya, suara itu semakin terdengar jelas
dan tiba-tiba seperti ada yang menarik selimutku
“bangun
sudah pagi nih, masa kalah sama ayam”.
Ya itulah mamaku yang selalu membangunkanku
disetiap pagi dan tidak lupa disertai omelannya. itulah seputar cerita disetiap
pagiku. Namaku Akia Asila Himawari, Aku
mempunyai kakak laki-laki yang bernama Ezra Prasetya kami selisih 5 tahun, kini
ia sedang menyelesaikan studi S2 nya di Jepang, dia adalah kakak yang
menyebalkan sekaligus menyenangkan bagiku, sosok motivator dikala jenuh
menghampiriku. aku duduk dibangku sekolah kelas 12. Dan Kami baru 3 bulan berpindah
ke Surabaya karena ayahku dipindah tugaskan ke Surabaya.
Sebenarnya berat
bagiku untuk meninggalkan tanah kelahiranku, kota asalku Lampung. Tapi mau bagaimana lagi kami harus
tetap bersama-sama. Memang tidak mudah bagiku untuk memulai semuanya dari awal.
Teman baru, suasana baru, lingkungan baru. Memikirkannya saja aku sudah malas. dan
disinilah ceritaku dimulai.
hari
ini tepat seminggu aku bersekolah ditempat baruku. Ternyata tidak sesulit yang
aku bayangkan, aku sudah mempunyai beberapa teman, guru-guruku juga baik mengajariku,
dan kini aku terpilih menjadi wakil ketua OSIS. Sekarang hari-hariku sibuk
bahkan sangat sibuk. Setiap hari ada rapat OSIS, tapi aku senang bisa mengisi
waktu dengan hal-hal yang positif dan bermanfaat. Mamaku juga mendukungku
katanya selagi tidak menganggu belajarku kenapa tidak. Kini juga aku sering
mengikuti lomba menulis puisi dan lebih senangnya lagi aku mendapat juara
ketiga, itu saja aku sudah bersyukur, artinya aku harus berlatih lebih giat lagi.
Hari-hari
berlalu begitu sangat cepat bagiku. Tidak terasa sudah 5 bulan aku bersekolah disekolahku,
kini anak-anak banyak yang sudah mengenalku sebagai wakil ketua OSIS dengan
segudang prestasi. Hari ini seperti biasanya rapat OSIS lagi, kami bersama-sama
menuangkan ide, karena OSIS akan mengadakan acara tahunan sekolah dengan tema
mencintai warisan leluhur dan kini giliranku memberikan pendapat.
“menurutku
lebih baik kita mengangkat tema kebudayaan indonesia”
Mereka
sepertinya menerima ide ku. Tapi ada satu anak yang menolaknya dengan nada
tinggi,
“aku
tidak setuju”
tentu saja itu membuatku kesal. Dia adalah
ketua OSIS dari awal memang kita tidak pernah akur. Dia sering sekali membuatku
kesal, dengan tingkahnya.
“kenapa kamu gak setuju sih kaf?”
tanya salah seorang anak
“ya aku gak setuju aja sama usul anak baru
itu”
penyataanya semakin membuatku kesal. Aku pun
keluar dari ruangan tanpa mengatakan sepatah kata pun. Kafka Dasilva ya itulah
namanya. Menyebut namanya saja sudah ingin membuatku marah.
“kenapa harus ada dia sih”
pikirku.
Hari-hariku jadi kusut dan yang lebih menyebalkan
lagi dia sekelas denganku.
“huhhhh
pingin pindah kelas aja kalo gini caranya”
semakin hari ada saja
yang membuatku kesal entah terlambat masuk kelas ataupun bertemu ketua OSIS
yang begitu menyebalkan.
“tringgggggg” Saat
jam istirahat pun tiba aku dan teman-temanku yang lainnya pergi ke kantin untuk
makan sambil berbincang-bicang mengenai acara tahunan sekolah, sesampainya
dikantin akupun memesan es teh manis dan mie kuah kesukaanku. Suasana kantin
sangat ramai dan riuh sekali, semuanya seakan sibuk dengan dunianya
masing-masing. Tidak berapa lama kemudian pesananku sudah siap. Saat aku
membawa makanan yang aku pesan tadi ke tempat dudukku, seakan-akan ada yang
menghalangi langkahku, dan brukkkk....
aku pun jatuh. Es teh manis dan mi kuah pun jatuh ke bajuku. so bajuku menjadi
basah dan kotor. Semuanya memandang ke arahku,
“ya allah siapa si yang jahil banget”
saat aku melihat didepanku, terlihat wajah
Kafka Dasilva. Detik itupun hatiku bergejolak, mukaku seakan memerah. Dan
tanganku mengepal dengan sangat erat. Aku pun tidak bisa mengatakan sepatah
kata pun, semuanya seakan membisu. Aku pun bangun dan meninggalkan tempat itu
dengan pikiran yang kacau. Hari-hari pun berlalu perlahan aku mulai melupakan
kejadian yang sangat memalukan dikantin waktu itu. Sejak kejadian itu aku jadi
semakin membenci sang ketua OSIS, emosi ku sudah level paling atas. melihat
mukanya saja sudah membuatku ingin marah. Dan lebih baik aku menghindarinya daripada
keluar kata-kata yang bisa menyakitkan perasaan orang lain.
Saat
aku sedang asik mengerjakan tugas tiba-tiba ada yang berdiri tepat disampingku
“kia aku mau ngomong sama kamu, penting!”
aku
pun terkejut dan memandang ke arah sumber suara. Seketika itu mood ku berubah
“apaan sii kamu, ga penting banget”
lalu aku pun meninggalkan kelas, dengan
tergesa-gesa. Seperti biasa hari ini rapat osis semua panitia diberi tugas masing-masing,
dan lebih apesnya lagi aku sekelompok dengan kafka, kami mendapat tugas
mendekorasi tempat yang akan digunakan dalam rangka acara tahunan, rencananya
hari ini aku dan kafka akan pergi berbelanja ke pasar untuk membeli bahan-bahan
yang akan digunakan. Sepulang sekolah seperti rencana yang telah disepakati
kami berdua pun pergi kepasar, dan setelah berkeliling cukup lama kamipun
menemukan bahan-bahan yang kami cari.
“ini tinggal dua lagi nih, dimana ya
tempatnya?” ucapnya sambil memandang sekelilingnya “ya udah sih jalan aja, nanti juga ketemu” ucapku
ketus.
Kami
pun terus berjalan, rasanya lelah sekali, saat aku berjalan tanpa sengaja
tanganku menyenggol toples yang berbahan kaca dan “prakkkkk” toples nya pun terbelah menjadi beberapa bagian.
“kamu gimana sih, saya tidak mau tau kamu
harus ganti rugi” ucap penjual sambil memasang muka kesal.
“maafin teman saya ya pak, saya tadi tidak
sengaja mendorongnya, sehingga tangannya menyenggol toples bapak”
ucap kafka.
Yang
tentu saja pernyataanya membuatku bingung
“tapi tadi kan dia tidak mendorongku, kenapa
dia harus berbohong untuk melindungiku” pikirku.
“jadi
saya harus mengganti berapa pak” lanjut kafka
“70.000 mas” sambung bapak
penjual toples
“sekali lagi saya minta maaf ya pak”
ucap kafka.
Akupun hanya bisa terdiam tanpa ada kata yang
keluar dari mulutku. Waktupun beranjak sore kamipun memutuskan untuk menyusuri
pinggiran pasar, yang tentu saja ramai lalu lalang kendaraan.
“eh kia itu diseberang sana ada deh kayaknya”
sembari menunjuk tempat yang ia lihat.
lalu
tanpa basa-basi akupun menyebrang untuk menghampiri tempat yang kafka maksud.
“kiaaa awasss”
kafka mendorongku ketepian dan ia pun
tersenggol motor yang hampir saja menabrakku. Akupun bergegas mengampirinya
“ ya ampun kafka kaki kamu berdarah”
lalu
akupun membantunya untuk berjalan ketepian, dan membeli kapas juga obat merah
untuk menutupi lukanya
“tadi kamu ngapa nggak liat kanan kiri dulu
sih, langsung maen nyebrang aja” ucap kafka sembari
membersihkan lukanya.
Aku
pun tidak menjawabnya.
“yaudah deh ini udah sore juga, mending kamu
pulang duluan, besok biar aku aja yang nyari bahan yang kurang tadi”
ucapnya
“terus kamu pulangnya gimana, kaki kamu kan
masih sakit, pasti kamu susah bawa motornya”tanyaku
“udah deh gampang, buruan gih kamu pulang,
udah sore ini, nanti mama kamu kwatir”
mendengar
pernyataanya, tanpa berkata-kata akupun pulang. Dan sesampainya dirumah aku pun
menceritakan semua kejadian hari ini pada mamaku.
“terus kamu udah bilang makasih belum
sama kafka?”
“ya belum lah mah, aku masih sebel sama dia,
gara-gara kejadian di kantin waktu itu kan” ucapku
“ya nggak boleh gitu dong kak, kafka udah baik
banget loh bantuin kamu, sampe dia luka gitu”
inget ya kak
”kalo kita butuh bantuan jangan
sungkan bilang tolong, kalo kita salah jangan sungkan bilang maaf, dan kalo
kita habis menerima bantuan jangan sungkan bilang makasih”
mama
udah sering ingetin kan sama kia, ucapan mamaku barusan seperti memberikan
pencerahan bagiku
“ya udah
besok aku mau minta maaf dan mau ngucapin makasih sama kafka, makasih ya mah”ucapku
“yaudah buruan mandi sana, terus solat”
ucap mamaku
Pagi-pagi
sekali aku sudah sampai disekolah, anak-anak yang lainnya pun sudah datang,
tapi aku belum melihat kafka, aku bersemangat sekali menunggu kedatangannya
hingga bel berbunyi kafka pun tidak datang,
“ngapa
hari ini dia nggak masuk ya, apa kakinya masih sakit” pikirku.
akupun
pulang dengan perasaan lesu
“mukanya kok lesu banget sih kak, gimana tadi
udah bilang makasih?” tanya mamaku
“belum mah, kafka nya nggak
berangkat” jawabku sambil tertunduk.
Akupun jadi semakin merasa bersalah, karna dia
luka gara-gara menyelamatkanku.
Keesokan
paginya akupun berangkat agak siang dari biasanya, akupun memasuki kelas,
suasana kelas sudah ramai, akupun melihat kearah tempat duduk kafka, ternyata
dia sudah datang. Dengan mata berbinar akupun langsung menghampirinya
“kafka kamu kemaren ngapa nggak berangkat,
kaki kamu masih sakit ya”
akupun
memberikan pertanyaan yang bertubi-tubi
“kamu kenapa sih, tumben nanyain aku, oh soal
kemaren aku nggak berangkat, aku nggak enak badan aja sih, terus aku izin deh,
dan sorenya aku beli bahan yang kurang kemaren”
ucapnya
“ya ampun kan kaki kamu masih sakit, aku bisa
kok beli bahan-bahan yang kurang”ucapku sebal
“udah sana duduk gih, gurunya udah dateng tuh”ucapnya
sambil mendorongku agar pergi dari tempat duduknya.
Jam
isitirahat pun tiba akupun menghampiri kafka, yang ternyata dia sudah keluar
duluan, “kemana sih dia” pikirku
sambil terus melihat sekitar,
ternyata
ia sedang duduk dibangku taman depan kelas, lalu akupun menghampiri dan duduk
disampingnya, yang tentu saja kedatanganku mengagetkannya
“oh ya kaf aku minta maaf ya, gara-gara aku,
kaki kamu sampe luka kayak gitu, dan ngomong-ngomong makasih juga ya kemaren
kamu udan bantuin aku” ucapku sambil tertunduk,
ia pun memandang kearahku, mukanya seakan tak
peracaya
“kia, kepala kamu nggak kebentur batu kan?”
“ihhh apaan sih, ya udahlah aku mau
kekelas aja” ucapku kesal
“iya nggak-nggak becanda kali, gitu aja
marahh” ujarnya
“ya lagian sih kamu nyebelin banget, jadi
gimana nih dimaafin apa nggak?” sambungku
“iyaa deh, aku juga mau minta maaf ya sama
kamu soal kejadian yang dikantin waktu itu, beneran deh aku nggak ada niat sedikit pun buat bikin
kamu malu, sebenarnya aku waktu itu cuma iseng, dan nggak tau kalo kejadiaanya
bakal kayak gitu, maaf ya kia” ucapnya
“ya
sebenernya aku udah maafin kamu kok, lagian kan udah berlalu juga, aku udah
ngelupain kejadian itu. Oh ya ini aku ada roti buat kamu, di makan yah”
lalu akupun masuk kedalam kelas
“kiaaa makasih
ya, rotinya”
aku
pun menoleh kearahnya
“iya sama-sama” ucapku.
Hari-hari pun berlalu kini kami lebih sering
menghabiskan waktu bersama, entah itu saat jam istirahat, ataupun saat
dikantin, ternyata kafka tidak seburuk yang aku pikirkan, sikapnya pun kini
perlahan mulai berubah menjadi lebih baik, dia mulai peduli dan bersikap ramah,
yang tentu saja membuatku sedikit bingung dengan tingkahnya
Acara
tahunan sekolah tinggal menghitung hari, akhirnya kami semua sepakat mengangkat
tema kebudayaan indonesia, kami pun begitu sibuk mempersiapkan segala keperluan
dan otomatis aku lebih sering bersama dengan kafka. kini tinggal dua hari lagi
sebelum acara puncak dan akupun semakin akrab dengan kafka dan teman-teman yang
lainnya, kini kami menjadi team yang kompak. Hingga akhirnya tiba acara puncak
yang dinanti-nantikan yaitu acara tahunan dengan tema kebudayaan indonesia
acaranya berlangsung begitu meriah dan sangat ramai, semua orang bersorak
gembira, hingga tibalah dipenghujung acara dan dipanggil panitia osis yang
menyelenggarakan acara tahunan tersebut. Aku begitu senang dan sangat bangga
acara nya berjalan dengan lancar. dan sebagai hadiah untuk merayakan kesuksesan
atas terselenggaranya acara tahunan tersebut kepala sekolah mentraktir semua
panitia untuk makan di cafe langganan kami.
Kami begitu senang
“ternyata usaha kita tidak sia-sia
ya”
ucap kafka
“ ya benar, proses tidak akan pernah
menghianati hasil” tambahku
“setuju” ucap yang lain
bersamaan.
Tidak
terasa haripun semakin sore aku pun pamit kepada teman-teman yang lainnya,
karena ayahku sudah menunggu didepan cafe.
“gimana acaranya tadi lancar kak” tanya
ayahku
“ iya yah, alhamdulilah lancar” jawabku
“itu tadi kafka ketua osis yang kata kamu
jahil itu kan kak? ayah liat anaknya sopan, tadi ketemu dicafe nyapa ayah” ujar
ayahku
“sekarang dia udah baik kok yah, gak kayak
dulu. Sekarang malah dia jadi teman baik aku tau yah”
“baguslah kalo gitu”
ucap ayah.
akhirnya
kami pun sampai dirumah.
“hai kakak mandi dulu gih, solat
terus makan, udah mama siapin tuh “ ucap mamaku
“iya mah” ucapku.
Pagi ini aku merasa senang, nggak tau kenapa
tapi akhir-akhir ini aku lebih merasa bahagia dengan semuanya dan semakin
bersemangat untuk berangkat ke sekolah. Kini aku pun sibuk mengikuti les untuk
mempersiapkan ujian nasional yang tinggal menghitung hari. dan guru ku
menyarankan untuk membentuk kelompok-kelompok belajar yang memudahkan kami
untuk memahami suatu materi. dan tidak sengaja aku satu kelompok dengan kafka,
yang nggak tau kenapa kalo bareng sama dia udah biasa aja, nggak ada perasaan
jengkel ataupun yang lainnya. dan ada beberapa materi yang sulit untuk aku
pahami dan kafka mengajariku dengan begitu sabar dan telaten
“kaf kenapa kamu berubah, sekarang jadi baik
sih”
tanyaku penasaran
“ ya kenapa, semua orang berhak jadi lebih
baik kan? dan menurutku berbuat
baik tidak perlu alasan” ucapnya.
Tentu saja pernyataanya membuatku diam seribu
bahasa
“dulu
aku membecinya, tapi sekarang dia malah mengajariku dengan sabar, dan menjadi
teman baikku” pikirku.
“kia nggak kerasa ya sebentar lagi
kita ujian nasional, terus perpisahan, berarti kita nggak bakal bareng-bareng
lagi kayak gini dong?” ucap kafka yang memecahkan keheningan
“iya ya,
nggak kerasa deh, padahal kayak baru kemaren aku pindah kesini, dan ketemu sama
orang yang sangat menyebalkan. Ehh sekarang malah jadi temen baik” ucapku
“sedih ya bentar lagi mau pisah dong” sambungku
“Nanti kamu mau kuliah dimana kia”
“aku
rencana nya mau ngelanjutin di Yogyakarta ngambil jurusan hukum, kalo kamu
dimana kaf?”
“ aku
rencananya mau kuliah di Semarang ngambil jurusan teknik” ucapnya.
”ya aku sih pengennya gitu, tapi kita
kan gatau kedepannya bakal kayak gimana, ntah kita keterima atau nggak”
ucapku sedikit frustasi
“inget ya kia yang penting jangan lupa
bersyukur untuk apapun yang udah kamu punya, dan kalo masalah itu, kan kita
udah berusaha dan berdoa, insyaallah kia allah pasti ngasih jalan yang terbaik
buat kita, harus yakin pokonya” ucapnya
“iya ya kaf, yang penting niatnya kan
baik”
“nah gitu dong harus optimis pokonya” sambil
mengacungkan jempolnya kearahku
Kini
ujian pun sudah berlalu,
“akhirnya semuanya udah terlewati” ucapku
acara
perpisahan kelas 12 pun sudah terlaksana. Memang bukan 3 tahun aku bersama
dengan mereka, tapi selama 1 tahun ini banyak kenangan yang sudah kami lewati
bersama, mereka semua bukan hanya sekedar teman, namun sudah seperti keluarga
bagiku, saat aku pertama kali menginjakkan kaki disekolah ini memang semuanya
terasa asing, tapi seiring dengan berjalannya waktu semuanya jadi menyenangkan.
sebuah pertemuan, perkenalan, persahabatan, percintaan, perpisahan, bahkan
permusuhan semuanya mengiringi perjalanan kisah kami di sekolah ini.
“nantinya Saat kami mengenang kisah
ini biarkan jadi alasan dimana kami dapat tersenyum manis, terimakasih untuk
segalanya” tanpa terasa air mata ku pun jatuh membasahi
pipiku.
Walaupun
memang perpisahan bukanlah akhir dari segalanya tapi awal dimana kita akan
membuka kehidupan yang sebenarnya.
Waktupun
terus berlalu akhirnya kafka melanjutkan kuliah di Semarang seperti yang ia
inginkan dan aku melanjutkan kuliah di salah satu universitas impianku di Yogyakarta.
Kini aku sudah menginjak semester 4 jurusan hukum, dan sekarang aku benar-benar
merasakan bagaimana rasanya jauh dari orang tua, semuanya harus dikerjakan
sendiri. tapi itu tidak membuatku bersedih. Karena aku jadi lebih mandiri dan
belajar tentang banyak hal. sesekali ayah dan mamaku datang untuk menjengukku,
aku juga masih berhubungan baik dengan kafka dan teman-teman yang lainnya via
whatsApp, dan ada kata-kata seorang Kafka Dasilva yang masih melekat
diingatanku hingga detik ini “yang
penting jangan lupa bersyukur untuk apapun yang udah kamu punya, terus berusaha
dan berdoa, insyaallah allah pasti ngasih jalan yang terbaik buat kita”.
perjalanan
yang menjadi kisah berharga hingga detik ini bagiku, dan aku berterimakasih
sudah diberi kesempatan untuk bertemu mereka semua, yang memberikan warna dalam
hidupku. semoga kelak kita dipertemukan kembali dengan suasana yang berbeda
namun dengan tawa yang sama.
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar